Selamat Datang di Jurnal INTUISI, Blog resmi LAPMI Jaksel

Selamat Datang di Jurnal INTUISI, Blog resmi LAPMI Jaksel.

Terima kasih atas kunjungan Anda sekalian. Jurnal INTUISI, sebagai blog resmi LAPMI HMI MPO Cabang Jakarta Selatan, berusaha menyuguhkan update informasi maupun kajian yang berlangsung di seputar lingkungan HMI MPO Cabang Jakarta Selatan. Kami berharap, para pengunjung sekalian dapat menikmati suguhan ini dan meninggalkan catatan-catatan kecil demi perbaikan ide-ide kami di masa yang akan datang. Sebab, Jurnal INTUISI hadir untuk menangkap pengetahuan secara keseluruhan!

Tim LAPMI Jaksel

Ada Apa di Jurnal INTUISI?

  • Update Jurnal INTUISI Versi Cetak
  • Editorial Aktual
  • Update Info HMI JakSel
  • Opini Beragam
  • Kajian Mendalam
  • Fitur Tambahan Seru
  • Partisipasi Terbuka

Jumat, 21 November 2008

Ideologi Suicide Bombers

Ideologi Suicide Bombers
Moh. Syifa Amin Widigdo*

Memang tidak mudah untuk mendapatkan keakuratan analisis atas motif di balik kerelaan seseorang untuk melakukan bom bunuh diri (suicide bombing). Sebab masing-masing pelaku mempunyai konteks sosial dan sejarah yang beragam. Namun demikian, bukan tidak mungkin bagi kita untuk mengenali argumentasi dan konteks sosio-politik para pelaku. Dari situ, klasifikasi umum ideologi politik maupun keagamaan yang mereka peluk dapat diidentifikasi. Berikutnya, adalah tugas kemanusiaan kita untuk melumpuhkan sandaran logika dari ideologi yang melahirkan kekerasan dan kerusakan yang meluas itu.


Pengakuan Ny. Sajida Mubarak Atrous Rishawi di Jaringan Televisi Jordania pada13 November kemarin sedikit membuka tabir motif bom bunuh diri. Selain perspektif politik yang sering dipropagandakan oleh Abu Musab al-Zarqawi, para pelaku mempunyai motivasi tersendiri. Dari perspektif pelaku, aksi bunuh diri tidak hanya terkait dengan alasan teologis dan perjuangan politik, tapi juga balas dendam. Tewasnya tiga adik Rishawi; Thamir, Ammar dan Yasir di tangan pasukan AS, diduga merupakan alasan kenapa Rishawi berani melakukan tindakan nekad tersebut. Hanya saja, pelampiasan dendam tersebut tidak bisa dibenarkan. Karena, yang menjadi korban adalah masyarakat sipil yang tidak berdosa, yang tidak ada kaitanya sama sekali dengan AS.
Lain halnya dengan alasan di balik Bom Bali II. Seperti yang dapat ditangkap dari tayangan video yang diputar oleh Wapres bersama sejumlah ulama, di dalamnya mereka mencatut ajaran agama dan juga perlawanan politik. Dari suara yang diduga kuat Noordin M. Top, tampak semangat politiknya begitu kuat. Ia menyebut Amerika, Australia, Inggris, dan Italia sebagai musuh. Namun para pelaku rupanya lebih tergiur oleh opium keagamaan yang ditawarkan Noordin, seperti kekayaan hati dan surga. Salik Firdaus selaku Pelaku I ingin mendapatkan kekayaan hati melalui jihad (bom bunuh diri) untuk mendapatkan surga. Pelaku II, Misno, menggambarkan syahid sebagai perjalanan menuju surga. Ia percaya bahwa ruhnya akan langsung masuk perut burung hijau yang terbang ke surga. Alasan-alasan seperti ini pulalah yang membuat Imam Samudra, Pelaku Bom Bali I dalam bukunya Aku Melawan Teroris, mengaku tidak ambil pusing terhadap orang-orang yang tidak sepakat dengan tindakan dan pemikirannya.
Dari beberapa pengakuan para teroris di atas, motif para manusia bom itu dapat dikelompokkan dalam dua kategori; teologis dan politis. Lacurnya keduanya mendapatkan tempat yang subur di atas lahan kemiskinan dan keputusasaan menghadapi problematika hidup (eskapisme). Walhasil, jalinan antara alasan keagamaan, politik, dan lahan kemiskinan tersebut memperkokoh keyakinan para pelaku untuk menjadi suicide bombers.
Berbeda dengan konteks pemboman yang dilakukan oleh Rishawi, teror bom di Indonesia lebih sulit dinalar oleh akal. Sebab di Indonesia tidak ada preseden motif pembalasan dendam untuk bom bunuh diri. Mungkin alasan politik bisa dipakai. Tapi itu hanya relevan jika dipakai oleh orang seperti Bung Tomo ketika menggerakkan pemuda-pemuda Surabaya melawan penjajah Belanda dulu. Sekarang, jelas bahwa Indonesia bukanlah negeri jajahan militer (battlefield) seperti Irak atau Palestina.
Tampaknya, para manusia bom itu mempunyai semangat yang dalam tradisi Kristen disebut sebagai kanonisasi. Christina Ordone dalam The Power of Martirdom (2004) mencatat kanonisasi adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menggambarkan kenaikan derajat secara drastis dari orang biasa menjadi seorang Santa. Orang biasa bisa masuk surga secara langsung.
Berbanding lurus dengan konsep ini, melalui pemahaman yang reduksionis atas doktrin syahid (martyrdom) dan jihad, para manusia bom itu (suicide bombers) bermimpi dapat mencapai tingkat kesalehan para wali dan orang-orang saleh. Dalam istilah Misno, mereka dapat terbang ke surga dengan memasuki perut burung hijau. Benarkah demikian?
Memang dalam Islam, shahadah (martyrdom) memiliki akar keagamaan. Menurut mufti resmi Kerajaan Arab Saudi, Abdul Jalil Sajid," shahadah adalah sebuah istilah yang dipilih untuk penghormatan bagi mereka yang mati untuk mempertahankan keimanannya." Dengan demikian, alasan teologis yang dikemukakan para pelaku tidak dapat dijustifikasi. Sebab pilihan mati syahid tidak dapat digunakan dalam kerangka ofensif, melainkan defensif, yakni mempertahankan keimanan. Kalaupun aksi itu dilakukan di sebuah medan perang (battlefield), Rasulullah SAW juga pernah menentukan etikanya. Yakni, "Jangan melanggar aturan atau berkhianat. Jangan bunuh atau lukai wanita, anak kecil, dan orang tua."
Lebih jauh, Syaikh al-Azhar pernah mengatakan bahwa semua bentuk peledakan yang menyebabkan kematian perempuan dan anak-anak adalah aksi kriminal. Itu hanya dilakukan oleh seorang pengecut dan pengkhianat. Seorang yang rasional dengan sedikit sifat keutamaan saja tidak mau melakukan aksi semacam itu (John Keslay, Suicide Bombers, 2002).
Bertolak dari itu, bagaimana mungkin manusia-manusia bom tersebut bisa terbang ke surga, sementara korban mereka adalah warga sipil (civilians, non-combatants). Bagaimana mungkin mereka mendapatkan status Syahid (Martyr), sedang tempat mereka meledakkan bom adalah Indonesia, negeri yang damai (dar el-shulh), bukan negeri yang dalam keadaan perang (dar el-harb).
Atas itu, ideologi yang tampak dari tindakan dan pengakuan mereka adalah ideologi kekerasan dan pemujaan atas kematian itu sendiri. Hal ini ditunjang oleh adanya akar-akar yang mengukuhkannya, seperti pemahaman keagamaan yang menyimpang, kemiskinan, dan campur-aduk dengan tujuan politik yang tidak jelas. Mungkin juga ada rasa frustasi, eskapisme, dan keinginan untuk sekedar menunjukan eksistensi diri.
Agar para teroris itu tidak mengacak-acak Indonesia lagi, maka perlu pendakatan yang komprehensif untuk mencegahnya. Paling tidak ada tiga pendekatan yang secara simultan musti dilakukan. Pertama, pendekatan kultural melalui pendidikan keagamaan yang benar. Kedua, pendekatan kebijakan ekonomi yang mereduksi kesenjangan antara kaya-miskin secara radikal. Ketiga, pendekatan politik melalui undang-undang yang melindungi warga negara dari segala bentuk ancaman terorisme.
Wallahua`lam bis shawab.

Download artikel ini:
http://rapidshare.com/files/165864684/Ideologi_Kematian.rtf.html

Follow Up LK 1

Artikel Terpopuler

Widget edited by Anang

Tentang LAPMI Jaksel

Foto saya
Ciputat, Jakarta Selatan/Tangerang Selatan, Indonesia
Blog ini dikelola oleh LAPMI HMI MPO Cabang Jakarta Selatan sejak 30 Oktober 2008. LAPMI adalah singkatan dari Lembaga Pers Mahasiswa Islam. Blog ini diharapkan menjadi media di dunia maya untuk mempublikasikan karya-karya LAPMI HMI MPO Jaksel. Direktur Utama: Daimah Fatmawati Direktur Litbang: Bahrul Haq Al-Amin Direktur Penerbitan: Sunardi Panjaitan. Selamat menyimak!

Personel LAPMI Jaksel

  • Daimah Fatmawati as Direktur Utama
  • Sunardi Panjaitan as Direktur Penerbitan
  • Bahrul Haq Al-Amin as Direktur Litbang
  • Iffati Zamimah as Sekretaris LAPMI

Notifikasi Email

Masukkan alamat email Anda untuk mendapatkan pemberitahuan jika ada artikel/berita terbaru!

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

TRANSLATE THIS BLOG

Translate this page from Indonesian to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Widget edited by Anang