Selamat Datang di Jurnal INTUISI, Blog resmi LAPMI Jaksel

Selamat Datang di Jurnal INTUISI, Blog resmi LAPMI Jaksel.

Terima kasih atas kunjungan Anda sekalian. Jurnal INTUISI, sebagai blog resmi LAPMI HMI MPO Cabang Jakarta Selatan, berusaha menyuguhkan update informasi maupun kajian yang berlangsung di seputar lingkungan HMI MPO Cabang Jakarta Selatan. Kami berharap, para pengunjung sekalian dapat menikmati suguhan ini dan meninggalkan catatan-catatan kecil demi perbaikan ide-ide kami di masa yang akan datang. Sebab, Jurnal INTUISI hadir untuk menangkap pengetahuan secara keseluruhan!

Tim LAPMI Jaksel

Ada Apa di Jurnal INTUISI?

  • Update Jurnal INTUISI Versi Cetak
  • Editorial Aktual
  • Update Info HMI JakSel
  • Opini Beragam
  • Kajian Mendalam
  • Fitur Tambahan Seru
  • Partisipasi Terbuka

Sabtu, 13 Desember 2008

PENDIDIKAN UNTUK LIBERASI


Pendidikan untuk Liberasi
Oleh: Bahrul Haq Al-Amin*

Sejauh mana perubahan sosial dapat tercapai tanpa dilandasi sebuah model pendidikan yang membebaskan? Saya pikir tidak akan lebih jauh dari apa yang kita capai tempo dulu.



Liberasi itu Penting
Ada pepatah, bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin dan besok harus lebih baik dari hari ini. Bila diterapkan dalam kebutuhan akan perubahan sosial, maka model pendidikan konvensional yang menutup jalur liberasi (pembebasan) bagi individu diyakini hanya akan memundurkan serangkaian langkah maju yang sudah kita lalui.
Akan sangat riskan, bila sebuah canangan pemerintah di suatu wilayah mencoba meminta dukungan akan perubahan yang mereka gadang-gadang, tanpa mereka memahami apa itu pendidikan yang membebaskan.
Upaya memahami bentuk pendidikan yang membebaskan harus dimulai dari kerangka pikir dalam melihat sebuah sosok manusia sebagai individu. Individu yang tentu saja memiliki garis otonomi tersendiri dari masyarakat di mana ia hidup.
Sebagai individu, maka manusia pada galibnya memiliki hak dan kebebasan dasar yang menjamin kelangsungan kehendak otonomnya atas pilihan tindakan dirinya. Kesadaran akan peran, posisi, fungsi dan sifat diri seorang indovidu di hadapan masyarakat menjadi penting, tatkala masyarakat sebagai sebuah sistem tidak lagi mengakui atau memberi kebebasan pada individu untuk memilih tindakannya sendiri yang berbeda atau menyimpang dari sistem sosial yang saat itu berlaku.
Kita ambil contoh, Nicolaus Copernicus dipinggirkan dari pergaulan, hanya karena keyakinannya tentang pusat tata surya. Saat itu, Gereja meyakini bahwa pusat tata surya ialah bumi, sedangkan Copernicus meyakini pusat tata surya tiada lain yaitu matahari. Nasib yang sama dialami oleh Galileo Galilei yang menciptakan teleskop pertama yang kemudian membuktikan bahwa pusat tata surya ialah matahari. Galileo pun mengalami nasib yang tidak jauh berbeda dari Copernicus.
Contoh kasus ini menunjukkan bahwa kehendak masyarakat ternyata bisa sangat tiran ketika berhadapan dengan kebebasan individu, betapa pun pendapat individu itu lebih sahih.
Peradaban pada masa hidup COpernicus maupun Galileo bisa dikatakan sebagai peradaban di mana pendidikan tidak mampu membebaskan para individu.
Indikasi dari pendidikan yang tidak mampu membebaskan yakni pendidikan gagal menyiapkan generasi muda yang berkemampuan tinggi dan memiliki nilai-nilai budaya yang diperlukan untuk pembangunan sebuah peradaban. Peradaban dimaksud tentu saja ialah sebuah peradaban yang mampu menjamin semua warga negara selaku individu agar sama-sama mendapatkan hak dan akses untuk memiliki kehendak yang otonom. Pada titik ini, secara sederhana, pendidikan untuk liberasi bermakna pendidikan yang membebaskan seorang individu dari sistem sosial yang berlaku dan memaksa atas dirinya, sehingga idividu itu dapat lebih maju dan mandiri secara kehendak dan kesempatan.

Peran Negara dan Masyarakat?
Dengan konsep pendidikan yang membebaskan di atas, maka pertanyaan selanjutnya ialah, bagaimana kemudian peran negara dan masyarakat akan diletakkan?
Konsep pendidikan untuk liberasi sama sekali tidak bermaksud untuk mengurangi wewenang negara atau masyarakat sebagai insitusi sosial di atas individu. Pendidikan untuk liberasi hanya mencoba mengubah arah pendidikan konvensional yang cenderung hanya melanggengkan status quo dan feodalisme yang jelas-jelas menghambat banyak potensi besar dari para individu. Perubahan tersebut diharapkan menggeser model pendidikan ke arah yang lebih humanis dan bebas. Humanis dalam artian sebagaimana seharusnya seorang individu manusia diperlakukan dalam proses pendidikan, dan bebas dalam artian individu boleh menghendaki untuk memilih dengan model seperti apa ia ingin dididik.
Pendidikan untuk liberasi berani mengakui kemampuan logika dan kreatifitas individu peserta didik. Kerelaan seperti ini tentunya sangat jarang ditemui dari model pendidikan konvensional. Selain itu, dalam model pendidikan untuk liberasi, guru bukanlah sumber pengetahuan, melainkan fasilitator peserta didik agar mereka mampu menggali pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri dengan berbasiskan pengalaman atau penalaran mereka sendiri.
Nah, kewajiban negara dan masyarakat yakni menjamin bahwa berlangsungnya atau digagasnya model pendidikan liberasi dapat diterima dengan baik oleh individu peserta didik. Selain itu, tentu saja adalah harus ada bentuk penghargaan konkret atas otonomi individu dalam model pendidikan liberasi agar mendapat fasilitas infrastruktur yang optimal.

Memulai Liberasi
Liberasi atau pembebasan individu sebagai warga negara dan manusia sejatinya memang tanggung jawab negara. Meskipun demikian, di Indonesia, sejak lama masyarakat sangat terbiasa untuk memulai mengadakan sendiri sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan sesuai dengan edealisme mereka sendiri.
Namun, itu belum cukup untuk menjamin pendidikan liberasi. Diperlukan tidak hanya sekedar tindakan kolektif, namun yang lebih penting ialah tindakan dan kesadaran seorang individu. Jadi, esensinya memang kesadaran kritislah yang harus ditumbuhkan pertama kali untuk menggagas kebutuhan akan pendidikan liberasi.
Selain itu, negara harus segera memakzulkan model pendidikan konvensional yang sentralistik, patriarkis, diskriminatif dan berjalan satu arah.
Dalam level kebijakan, negara harus berani mengakui dan menjamin hak-hak sipil individu, sebab pendidikan yang membebaskan tanpa sistem yang membebaskan tidaklah akan banyak berpengaruh.
Setelah tumbuhnya kesadaran pada tingkat individu dan tersedianya infrastruktur, maka hal yang harus dilakukan berikutnya yaitu menetapkan visi pendidikan yang membebaskan demi pembangunan peradaban. Jadi, pendidikan itu bukan tanpa tujuan, melainkan justru harus sadar ke mana peserta didik mereka akan diarahkan.

*Bahrul Haq Al-Amin
Penulis dan Pemerhati Pendidikan

Selengkapnya...

Kamis, 04 Desember 2008

Senin, 01 Desember 2008

EDITORIAL: HARI AIDS KEDUA PULUH

Hari AIDS Kedua Puluh

Tanggal 1 Desember tahun 2008 ini menandai peringatan HAri AIDS Dunia ke-20. Sejak 1988, tantangan dan respon atas penyakit AIDS senantiasa berubah-ubah secara signifikan. Sementara perubahan tersebut kita hadapi secara positif, Peringatan Hari AIDS memberikan kesempatan bagi kita untuk melihat kembali berapa banyak usaha lagi yang kita perlukan untuk memerangi AIDS.

Pemerintah di beberapa negara telah mengakui ancaman dari AIDS, dan beberapa di antaranya berkomitmen untuk melakukan sesuatu atasnya, masing-masing mengeluarkan serangkaian kebijakan tentang penanggulangan AIDS. Meskipun demikian, kebijakan-kebijakan tersebut masih kurang diperhatikan dan mendapatkan alokasi dana yang minim.
Kebijakan-kebijakan tersebut memang telah secara meluas tersebar diberlakukan di berbagai negara, namun masih banyak penduduk di negara kecil dan menengah yang masih belum mendapatkan akses atas penanggulangan AIDS.
Kesadaran atas bahaya AIDS saat ini memang telah tersebar merata di hampir seluruh penjuru dunia, akan tetapi angka kenaikan infeksi AIDS masih terus meningkat sebesar 2,7 kali dari sejumlah orang yang mendapatkan perawatan atas AIDS.
Selain itu, sementara sejumlah negara menerapkan perlindungan bagi warga yang mengidap HIV/AIDS, namun masih ada sepertiga negara yang belum juga memberi jaminan yang jelas dan masih mengadopsi diskriminasidan stigma buruk kepada mereka yang terkena AIDS.
Lebih luas lagi, aksi nyata berkaitan dengan HAM dan HIV/AIDS semakin surut. RIntangan itu terutama berlaku bagi mereka; kaum wanita, gelandangan, pekerja seks, pengguna narkoba, kaum homoseksual, dan sebagainya, di mana hak-hak asasi mereka sering tidak diakui.
Peringatan Hari AIDS Sedunia dimulai pada tahun 1988 saat para menteri kesehatan dunia bertemu dan menyepakati untuk bersama-sama menanggulangi AIDS dan menunjukkan solidaritas atas akibat-akibat AIDS.

Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah tema Hari AIDS Sedunia tahun 2007 dan 2008, yang dipromosikan dengan slogan "Stop AIDS, Keep the Promise"
Tema kepemimpinan mengajak para pemimpinan di seluruh level untuk menghentikan AIDS. Tema ini memberdayakan setiap orang - individual, organisasi, pemerintah - untuk memimpin dalam merespon AIDS.
Untuk mencapai hal ini, tindakan nyata dan kepemimpinan sangat diperlukan. Negara-negara harus mewujudkan janji yang mereka buat. Komunitas harus mengedepankan kepemimpinan di lingkungannya. Individual harus merasakan pemberdayaan untuk mengakses perawatan, mengetahui hak-hak mereka dan mengambil sikap untuk melawan stigma dan diskriminasi, dan untuk mengetahui dan menggunakan metode pencegahan melawan penularan dan infeksi virus HIV/AIDS.

Redaksi

Selengkapnya...

Follow Up LK 1

Artikel Terpopuler

Widget edited by Anang

Tentang LAPMI Jaksel

Foto saya
Ciputat, Jakarta Selatan/Tangerang Selatan, Indonesia
Blog ini dikelola oleh LAPMI HMI MPO Cabang Jakarta Selatan sejak 30 Oktober 2008. LAPMI adalah singkatan dari Lembaga Pers Mahasiswa Islam. Blog ini diharapkan menjadi media di dunia maya untuk mempublikasikan karya-karya LAPMI HMI MPO Jaksel. Direktur Utama: Daimah Fatmawati Direktur Litbang: Bahrul Haq Al-Amin Direktur Penerbitan: Sunardi Panjaitan. Selamat menyimak!

Personel LAPMI Jaksel

  • Daimah Fatmawati as Direktur Utama
  • Sunardi Panjaitan as Direktur Penerbitan
  • Bahrul Haq Al-Amin as Direktur Litbang
  • Iffati Zamimah as Sekretaris LAPMI

Notifikasi Email

Masukkan alamat email Anda untuk mendapatkan pemberitahuan jika ada artikel/berita terbaru!

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

TRANSLATE THIS BLOG

Translate this page from Indonesian to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Widget edited by Anang